23 Maret 2009

Menit-Menit Sangat Berharga Dalam Hidup

Tempat mengadu, meminta, dan kembali segala urusan bagi orang beriman
hanyalah Allah, Rasulullah Shollahu 'alaihi wa sallam memberitahukan menit-menit yang sangat berharga untuk menghadap dan memohon kepada Allah:

1. Waktu sepertiga malam terakhir saat orang lain terlelap dalam tidurnya, Allah SWT berfirman: "....Mereka para muttaqin sedikit sekali tidur di waktu malam, dan diakhir malam, mereka memohon ampun kepada Allah." (QS Adz Dzariyat:18-19).
Rasulullah Shollahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Rabb (Tuhan) kita turun disetiap malam ke langit yang terendah, yaitu saat sepertiga malam terakhir, maka Dia berfirman: Siapa yang berdoa kepadaKu maka Aku kabulkan, siapa yang meminta kepadaKu maka Aku berikan kepadanya, dan siapa yang meminta ampun kepadaKu maka Aku ampunkan untuknya." (HR Al Bukhari)
Dari Amr bin Ibnu Abasah mendengar Nabi Shollahu 'alaihi wa sallam bersabda: "tempat yang paling mendekatkan seorang hamba dengan Tuhannya adala saat ia dalam sujudnya dan jika ia bangun melaksanakan sholat pada sepertiga malam yang akhir. Karena itu, jika kamu mampu menjadi orang yang berzikir kepada Allah pada saat itu maka jadilah." (HR At Tirmidzi dan Ahmad)

2. Waktu antara adzan dan iqamah, saat menunggu shalat berjamaah Rasulullah Shollahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Doa itu tidak ditolak antara adzan dan iqamah, maka berdoalah!" (HR Ahmad dan Ibnu Hibban)
Hadits Abdullah bin Amr Ibnul Ash ra, bahwa ada seorang laki-laki berkata: "Wahai Rasulullah Shollahu 'alaihi wa sallam, sesungguhnya para muadzin itu telah mengungguli kita," maka Rasulullah Shollahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh para muadzan itu dan jika kamu selesai (menjawab), maka memohonlah, kamu pasti diberi". (HR Abu Dawud dan Ibnu
Hibban)

3. Pada waktu sujud, yaitu sujud dalam shlat atau sujud-sujud lain yang diajarkan Islam. (seperti sujud syukur, sujud tilawah dan sujud sahwi)
"Kedudukan hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa." (HR Muslim) Dan dalam hadits Ibnu Abbas ra, ia berkata: "Rasulullah Shollahu 'alaihi wa sallam membuka tabir (ketika beliau sakit), sementara orang-orang sedang berbaris (sholat ) dibelakang Abu Bakar ra, maka Rasulullah Shollahu 'alaihi wa sallam bersabda; "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak tersisa dari mubasysyirat nubuwwah (kabar gembira lewat kenabian) kecuali mimpi baik yang dilihat oleh seorang muslim atau diperlihatkan untuknya. Ingatlah bahwasanya aku dilarang untuk membaca Al Qur'an ketika ruku' atau ketika sujud. Adapun didalam ruku', maka agungkanlah Allah dan adapun di salam sujud, maka bersungguh-sunguhlah berdoa, sebab (hal itu) pantas dimaqbulkan bagi kamu semua." (HR Muslim)

4. Setelah sholat fardhu. Yaitu setelah melaksanakan sholat-sholat wajib yang lima waktu, termasuk sehabis sholat Jumat Allah berfirman: "dan bertasbihlah kamu kepadaNya di malam hari dan selesai sholat" (QS Qaaf: 40)
"Rasulullah Shollahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang kapan doa yang paling didengar (oleh Allah), maka beliau bersabda: "Tengah malam terakhir dan setelah sholat-sholat yang diwajibkan." (HR At Tirmidzi)

5. Waktu-waktu khusus, tetapi tidak diketahui dengan pasti batasan-batasannya
"Sesungguhnya di malam hari ada satu saat (yang mustajab), tidak ada seorang muslim pun yang bertepatan pada waktu itu meminta kepada Allah kebaikan urusan dunia dan akhirat melainkan Allah pasti memberi kepadanya." (HR Muslim)

Dalam kitab Al Jawabul Kafi dijelaskan: "...Jika doa itu disertai dengan hadirnya kalbu dan dalam penuh khusyu' terhadap apa yang diminta dan bertepatan dengan salah satu dari waktu-waku yang ijabah yang enam itu yaitu: (1). sepertiga akhir dari wakt malam, (2). ketika adzan, (3). waktu antara adzan dan iqamah, (4). setelah sholat-sholat fardhu, (5) ketika imam naik ke atas mimbar pada hari Jumat sampai selesainya sholat Jumat pada hari itu, (6). waktu terakhir setelah Ashar".

20 Maret 2009

Pertanyaan Cerdas Seorang Arab Badui

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
Amr bin Muhammad bin Bukair an-Naqid menuturkan kepadaku. Dia berkata; Hasyim bin al-Qasim Abu an-Nadhr menuturkan kepadaku. Dia berkata; Sulaiman bin al-Mughirah menuturkan kepadaku dari Tsabit dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, dia mengatakan; Dahulu kami pernah dilarang untuk bertanya tentang apa saja kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam oleh sebab itu kami merasa senang apabila ada orang Arab Badui yang cukup berakal datang kemudian bertanya kepada beliau lantas kami pun mendengarkan jawabannya.

Maka suatu ketika, datanglah seorang lelaki dari penduduk kampung pedalaman. Dia mengatakan, “Wahai Muhammad, telah datang kepada kami utusanmu. Dia mengatakan bahwasanya anda telah mengaku bahwa Allah telah mengutus anda?”. Maka Nabi menjawab, “Dia benar.” Lalu arab badui itu bertanya, “Lalu siapakah yang menciptakan langit?”. Beliau menjawab, “Allah.” Lalu dia bertanya, “Siapakah yang menciptakan bumi?”. Nabi menjawab, “Allah.” Dia bertanya lagi, “Siapakah yang memancangkan gunung-gunung ini dan menciptakan di atasnya segala bentuk ciptaan?”. Nabi menjawab, “Allah.” Lalu arab badui itu mengatakan, “Demi Dzat yang telah menciptakan langit dan yang menciptakan bumi serta memancangkan gunung-gunung ini, benarkah Allah telah mengutusmu?”. Maka beliau menjawab, “Iya.”

Lalu dia kembali bertanya, “Utusanmu pun mengatakan kepada kami bahwa kami wajib untuk melakukan shalat lima waktu selama sehari semalam yang kami lalui.” Nabi mengatakan, “Dia benar.” Lalu dia mengatakan, “Demi Dzat yang telah mengutusmu, benarkah Allah telah memerintahkanmu dengan perintah ini?”. Nabi menjawab, “Iya.” Lalu dia mengatakan, “Dan utusanmu juga mengatakan bahwa kami berkewajiban untuk membayarkan zakat dari harta-harta kami?”. Nabi mengatakan, “Dia benar.” Dia berkata, “Demi Dzat yang telah mengutusmu, benarkah Allah yang telah menyuruhmu untuk ini?”. Beliau menjawab, “Iya.” Dia mengatakan, “Dan utusanmu juga mengatakan bahwa kami wajib berpuasa di bulan Ramadhan di setiap tahunnya.” Nabi mengatakan, “Dia benar.” Dia mengatakan, “Demi Dzat yang telah mengutusmu, benarkah Allah telah menyuruhmu dengan perintah ini?”. Beliau menjawab, “Iya.” Dia mengatakan, “Utusanmu pun mengatakan bahwa kami wajib untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah bagi orang yang mampu melakukaan perjalanan ke sana.” Nabi menjawab, “Dia benar.” Dia mengatakan, “Demi Dzat yang telah mengutusmu, benarkah Allah yang memerintahkanmu dengan ini?”. Nabi menjawab, “Iya.”

Anas mengatakan; Kemudian dia pun berbalik seraya mengatakan, “Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan menambahkan selain itu dan aku juga tidak akan menguranginya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Kalau dia benar-benar jujur/konsisten niscaya dia akan masuk surga.” (Diriwayatkan juga oleh Bukhari dalam Kitab al-’Ilm, bab maa jaa’a fi qaulihi ta’ala, ‘Wa qul Rabbi zidni ‘ilman’, hadits no 63, lihat Shahih Muslim cet ke-4 Darul Kutub Ilmiyah 1427 H, hal. 29)

Disalin dari Akhi

19 Maret 2009

Bersyukur

Assalamualaikum....
"Segala puji hanya bagi Allah, kamu memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya dan ampunan-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wa sallam adalah hamba dan Rosul-Nya" (terjemahan khutbah hajjah Nabi shollahu 'alaihi wa sallam)

Saudaraku seiman dan se'aqidah.....
Selayaknya kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita yang sangat banyak, tidak dapat dan tidak akan dapat kita hitung. Maka sudah menjadi hal yang wajib setiap kita mensyukuri nikmat telah, sedang dan yang akan diterima. Seperti halnya firman Allah Ta'la dalam QS Ibrahim ayat 34: " Seandainya kamu menghitung-hitung nikmat-nikmat Allah, maka kamu tidak akan dapat menghitung nikmat-nikmat itu. Sesungguhnya manusia sangat dzalim dan sangat kufur"
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkan bahwa kebanyakan manusia sangat dzalim dan sangat kufur karena mereka tidak pernah men-syukuri nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada mereka.
Diantara nikmat itu adalah harta, umur, waktu luang dan kesehatan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar dan untuk menuntut ilmu syar'i.
Manusia diberikan dua kenikmatan, namun banyak diantara kita yang tertipu, seperti sabda Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam: " Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang" HR Al-Bukhari, Ahmad, Trimidzi, al-Hakim, Ibnu Majah, ad-Darimi dari sahabat Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma.
Dua nikmat tersebut sebaiknya kita manfaatkan untuk menimba ilmu syar'i untuk selanjutnya kita amalkan karena amal tanpa ilmu layaknya apa yang sering kita ucapkan dalam sholat
"...ghoiril magdu bi alaihim...." (QS Alfatihah: 7) karena barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mudahkan jalannya menuju Syurga (HR Ahmad, Abu Dawud dan lainnya adri sahabat Abu Darda' radhiyallahu'anhuma). Berapa banyak manusia kelak diakhirat ditanya berapa lama mereka hidup didunia dan menghitung-hitung amalnya (QS An-Nazi'at: 35-36) tentulah sangat singkat kehidupan didunia mungkin setengah atau satu hari saja. Sangatlah rugi orang yang menghambakan diri pada dunia yang fana dengan melupakan akhirat yang abadi. Mulailah dengan mensyukuri nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan jangan lupakan dua nikmat ini.
Saya berdo'a kepada seluruh saudaraku se-iman agar senantiasa diberikan hidayah diatas Islam, ditetapkan hati dalam beriman, mengamalkan secara kaffah (menyeluruh) sunnah dan yang paling penting semoga kita diwafatkan dalam keadaan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Semoga bermanfaat

Al-Haq hanya milik Allah

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh...

Selayaknya anda sekalian mempelajari dengan benar Agama ini dan memeriksa dari mana suatu berita disampaikan. Al-Haq hanya milik Allah Yang Ahad artinya kenenaran itu tidak berbilang yang bersumber hanya kepada Al-Quran & Hadits shohih sesuai pemahaman para sahabat karena merekalah sebaik-baik ummat yang menerima langsung syariat Islam langsung dari Rosulullah tanpa dimodifikasi seperti halnya kelompok mubtadi' yang mendahulukan hawa nafsu yang beragama tanpa ilmu, yang mendahulukan amal daripada ilmu. Barangsiapa yang beragama diatas agama Muhammad sholallahu alaihi wassalam & para sahabatnya dialah termasuk golongan yang selamat selain itu maka ia akan masuk 72 golongan yang sesat dimana tiap-tiap jalan itu terdapat syaitan dan bala tentaranya yang menyeru ke Neraka. Periksa dulu apakah kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam berjalan diatas manhaj/cara beribadahnya para sahabat ridwanullah aj'main, periksalah akidah mereka karena banyak sudah korban berjatuhan baik saudara-saudara se-Iman ataupun Orang-orang kafir yang dijamin keselamatannya oleh pemerintah yang muslim sebagai akibat dari penyimpangan pemikiran mereka dengan berbagai dalih seperti pendirian daulah Islamiyah sedangkan Rosulullah sholallahu alaihi wassalam dan para rosul sebelumnya saja diutus pertama kalai dengan perintah menegakkan tauhid, memperbaiki ahlak baru kemudian menggarap masalah-masalah lain hingga fathul makkah sebagai puncak atas pondasi yang telah ditanamkan kepada para sahabat. Wallahi tidak akan tegak suatu daulah Islamiyah jika pondasi tauhid dan ahlak yang mulia ditegakkan/dikokohkan terlebih dahulu. Atau dengan mengkafirkan kaum muslimin yang tidak sepaham dengan akidah kelompoknya. Allahu a'lam. Semoga saudaraku sekalian disini senantiasa mendapatkan hidayah & taufiq untuk mendapatkan & menjalankan kebenaran.
Wassalam

17 Maret 2009

Saudaraku! ‘Kan kusebut dirimu dalam doaku!

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Wahai Rabb Kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian terhadap orang-orang yang beriman (berada) dalam hati kami. Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr: 10)

Diantara keutamaan-keutamaan iman yang itu merupakan buah dari keimanan seorang muslim dan akan nampak pada segi amalan lahiriyah-nya adalah mereka sangat bersemangat untuk bisa memberikan kemanfaatan kepada saudaranya sesama muslim, baik itu berbentuk pengajaran ilmu yang bermanfaat atau bantuan yang berupa materi atau paling minimal ia akan mendoakan kebaikan padanya.

Hanya saja hal ini timbul disebabkan adanya sisi kebersamaan didalam keimanan. Dan hal tersebut akan memberikan sebuah konsekuensi adanya suatu ikatan persaudaraan diantara sesama kaum mukminin. Dengan timbulnya suatu ikatan persaudaraan diantara kaum mukminin, pada akhirnya, akan membuahkan hasil yang menggembirakan berupa saling mencintai dan saling mendoakan dengan kebaikan diantara mereka.

Para pembaca yang kami hormati, marilah kita mencoba merenung sejenak untuk bisa menghayati makna-makna dan bisa mengambil beberapa faedah yang bisa dipetik dari cuplikan ayat diatas.

Makna dari:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ

adalah: Orang-orang yang datang setelah Muhajirin dan Anshar yaitu para tabi’in dan kaum muslimin setelahnya sampai hari kiamat.

Mereka mendoakan ampunan bagi saudara-saudara mereka yang telah mendahului mereka dalam keimanan, yaitu para shahabat (Muhajirin dan Anshar) Radhiallahu ‘anhum.

Dan Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di berkata dalam kitabnya, Taisirul Karimir Rahman, menafsirkan ayat tersebut, bahwa doa ini (ayat ini) mencakup segenap kaum mukminin yang terdahulu baik dari kalangan shahabat maupun kaum mukminin yang hidup sebelum masa shahabat, dan juga kaum mukminin yang datang setelah para shahabat.

Jadi doa mereka mencakup semua kaum mukminin. Mereka mendoakan bagi saudaranya sesama mukmin dengan kebaikan dalam keadaan saudaranya tersebut tidak hadir di hadapannya dan tanpa sepengetahuannya. Inilah yang diistilahkan oleh para ulama dalam kitab-kitabnya dengan ( اَلدُّعَاءُ بِظَهْرِ الْغَيْبِ ).

Adalah suatu doa yang dilakukan tanpa kehadiran orang yang didoakan dan juga tanpa sepengetahuannya. Dan insya Allah akan datang penjelasannya melalui hadits-hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.

Perlu diketahui, bahwasanya amalan yang seperti ini merupakan bukti dan petunjuk yang kuat dan jelas akan kejujuran dan kesempurnaan keimanan seseorang. Sebab bagaimana tidak sedangkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya apa-apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri (dari segala hal yang baik).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Maka jika engkau mendoakan bagi saudaramu suatu kebaikan apapun tanpa sepengetahuannya bahwa engkau telah mendoakannya dan juga tanpa adanya wasiat dari dirinya untuk minta didoakan dengan sesuatu, maka hal itu merupakan suatu petunjuk akan kecintaanmu yang jujur kepada saudaramu tersebut. Ini juga berarti bahwa engkau benar-benar menginginkan suatu kebaikan ada pada diri saudaramu sebagaimana engkau menginginkan kebaikan itu ada pada dirimu sendiri.

Untuk itu kita juga meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar dihilangkan dari diri kita penyakit-penyakit yang bisa menghalangi timbulnya sifat kecintaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan doa mereka dalam firman-Nya:
وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ “

“…Dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian terhadap orang-orang yang beriman (berada) dalam hati kami. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr: 10)

-Imam Al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya, Al-Jami’ li Ahkamil- Qur`an, bahwa makna ( غِلاًّ ) adalah sifat dendam dan iri hati.

Disini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya bahwa dalam doa tersebut mereka memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar dihilangkan dari hati-hati mereka sifat dendam dan iri hati, baik sedikit maupun banyak. Yang mana jika hilang dua sifat tercela tersebut, maka akan tertanam dalam hati itu sifat kebalikannya, yaitu adanya kecintaan sesama mukmin, loyalitas, saling menasehati, dan lain-lain.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ محمد: ١٩

“Dan memohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) kaum mukminin, baik yang laki-laki maupun perempuan.” (Muhammad: 19)

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan nabi-Nya Shalallahu ‘alaihi wa Sallam agar beliau berdoa meminta ampun atas dosa-dosanya dan juga memintakan ampunan bagi saudara-saudaranya kaum mukminin, laki-laki dan perempuan.

Hal yang senada juga Allah Subhanahu wa Ta’ala kisahkan dalam firman-Nya tentang doa nabi Ibrohim ‘Alaihis Salam:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ إبراهيم: ٤١

“Wahai Rabb kami, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan segenap orang-orang yang beriman pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (Ibrohim: 41)

Potongan dua ayat diatas kembali menunjukkan tentang mendoakan saudaranya dengan kebaikan tanpa sepengetahuan dan kehadiran saudaranya di hadapannya.

Kesimpulan dari ayat-ayat yang telah kita lewati itu bahwasanya mendoakan saudaranya dengan kebaikan tanpa sepengetahuannya merupakan petunjuk, jalan dan amalan yang telah diamalkan oleh para rasul عليهم الصلاة والسلام .
Keutamaan amalan ini

Para pembaca yang sekalian yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, setelah kita bisa memahami makna ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala diatas dan juga mengambil faedah yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut, maka sekarang marilah kita melihat kepada petunjuk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam masalah ini.

Al-Imam Muslim meletakkan beberapa hadits dalam masalah ini dalam kitab Shohih-nya yang kemudian diberi judul oleh Al-Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i: “Keutamaan doa untuk kaum muslimin dengan tanpa sepengetahuan dan kehadiran mereka.”

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits dari shahabiyah Ummud Darda`:
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Doa seorang muslim kepada saudaranya secara rahasia dan tidak hadir di hadapannya adalah sangat dikabulkan. Di sisinya ada seorang malaikat yang ditunjuk oleh Allah. Setiap kali ia berdoa untuk saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut berkata (kepadanya): “Ya Allah, kabulkanlah, dan (semoga) bagimu juga (mendapatkan balasan) yang semisalnya.” (HR. Muslim)

Kisah selengkapnya dari hadits diatas adalah sebagai berikut: Seorang laki-laki datang ke negeri Syam, kemudian ia ingin bertemu dengan Abud Darda` Radhiallahu ‘anhu di rumahnya namun beliau tidak ada dan hanya mendapati Ummud Darda`. Ummud Darda` berkata, “Apakah kamu ingin pergi haji tahun ini?” Orang tersebut menjawab, “Ya.” Ummud Darda` mengatakan, “Doakanlah kami dengan kebaikan. Karena sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,” kemudian Ummud Darda` menyebutkan hadits diatas.

Al-Imam An-Nawawi رحه الله menjelaskan hadits diatas dalam kitabnya, Al-Minhaj, dengan mengatakan, “Makna بظهر الغيب adalah tanpa kehadiran orang yang didoakan di hadapannya dan tanpa sepengetahuannya. Amalan yang seperti ini benar-benar menunjukkan di dalam keikhlasannya.

“Dan dahulu sebagian para salaf jika menginginkan suatu doa bagi dirinya sendiri, maka iapun akan berdoa dengan doa tersebut bagi saudaranya sesama muslim dikarenakan amalan tersebut sangat dikabulkan dan ia akan mendapatkan balasan yang semisalnya.”

Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin menjelaskan, “Bahwasanya jika seseorang mendoakan saudaranya (sesama muslim) dengan tanpa sepengetahuan dan kehadiran saudaranya di hadapannya. Seorang malaikat berkata, ‘Amin (Ya Allah, kabulkanlah), dan bagimu juga (mendapatkan balasan) yang semisalnya.’ Maka malaikat akan mengaminkan atas doamu jika engkau mendoakan bagi saudaramu tanpa sepengetahuan dan kehadirannya.”
Syarat-syarat dikabulkannya doa

Pembaca yang semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati kita semua, setelah kita mengetahui bahwa mendoakan orang lain tanpa kehadiran dan tanpa sepengetahuannya adalah salah satu faktor pendorong dikabulkannya sebuah doa. Namun ada perkara yang sangat penting untuk kita ketahui agar doa kita dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menyebut syarat-syarat dikabulkannya doa, yaitu:

Pertama: Ikhlash karena Allah Subhanahu wa Ta’ala

Hendaknya seseorang yang berdoa mengikhlashkan di dalam doanya menengadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hati yang khusyu’, bersandar hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena ia tahu bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mampu mengabulkan doanya, dan berharap penuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk terkabulnya doa tersebut.

Kedua: Merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Ketika berdoa merasa dalam kondisi sangat butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sesungguhnya hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bisa mengabulkan doa orang yang dalam kesulitan serta bisa menghilangkan musibah/kesusahan yang menimpanya.

Adapun orang yang berdoa dalam keadaan merasa tidak butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan tetapi ia berdoa sebagai kebiasaan saja, maka yang demikian tidak pantas untuk dikabulkan doanya.

Ketiga: Meninggalkan makanan yang haram

Hendaknya ia meninggalkan makan dari makanan yang haram, karena makan dari makanan yang haram akan menjadi penghalang dikabulkannya doa seseorang. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shohih dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah baik dan Ia tidaklah menerima kecuali yang baik. Dan sungguh Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman (kaum mukminin) dengan apa-apa yang Ia perintahkan kepada para rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Wahai para rasul, makanlah dari sesuatu yang baik dan beramallah dengan amalan sholih.’ Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari sesuatu yang baik apa-apa yang telah kami rizkikan kepada kalian.’ Kemudian beliau menyebutkan, ada seorang laki-laki yang sedang berpergian jauh dalam keadaan rambutnya kusut masai dan berdebu, kemudian menengadahkan kedua tangannya ke atas (ke arah langit) dan berkata: ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku!’ sementara makanannya adalah haram, minumannya adalah haram, pakaiannya adalah haram, dan ia diberi makan dari hasil yang haram. Maka, bagaimana bisa dikabulkan doanya?” (HR. Muslim)

Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menganggap jauh akan terkabulnya doa orang tersebut. Padahal orang tersebut telah melakukan sebab-sebab zhahir (tampak) terkabulnya doa seperti:

1. Mengangkat telapak tangan ke arah langit (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), karena Allah Subhanahu wa Ta’ala ada di atas ‘Arsy.

2. Menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala “Ar Rabb” (الرَّبُّ). Ber-tawassul kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan nama ini adalah salah satu sebab terkabulnya doa sebagaimana doa-doa dalam Al-Qur`an banyak dimulai dengan kata “Rabb”, seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ البقرة: ٢٠١

“Dan diantara mereka ada yang mengatakan (berdoa), “Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari adzab An Nar (neraka).” (Al-Baqarah: 201)

Begitu pula dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ (40) رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ (41) إبراهيم: ٤٠ -٤١

“Wahai Rabbku, jadikanlah aku orang yang mendirikan sholat dan anak keturunanku! Wahai Rabbku, kabulkanlah doaku! Wahai Rabb kami, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan kaum muslimin pada hari ditegakkannya Al-Hisab (Hari Perhitungan).” (Ibrohim: 40-41)

3. Berdoa dalam keadaan safar, dan safar adalah salah satu sebab terkabulnya doa.

Akan tetapi doa orang tersebut tidak dikabulkan karena makanannya haram, pakaiannya haram, dan mendapatkan makanan dari hasil perkara yang haram.

Kemudian yang penting untuk diketahui juga ketika seorang hamba berdoa untuk tidak terburu-buru akan terkabulnya doanya, karena terburu-buru adalah salah satu sebab penghalang terkabulnya doa. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam:
يُسْتَجَابُ ِلأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ قِيلَ وَكَيْفَ يَعْجَلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ اللَّهَ فَلَمْ يَسْتَجِبْ اللَّهُ لِي

“Dikabulkan bagi salah seorang diantara kalian (ketika berdoa) selagi tidak terburu-buru.” Para shahabat bertanya: “Bagaimana terburu-burunya (seseorang ketika berdoa), wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam?” Beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Ia berkata, “Saya telah berdoa akan tetapi Allah tidak mengabulkan untukku.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Kepada Saudaraku Kaum Muslimin

Menengok sejarah perjalanan waktu yang ada, sungguh kita patut merasa bersedih terhadap krisis yang menimpa saudara-saudara kita yang ada di berbagai belahan dunia. Mereka mengalami penindasan, pembantaian, pengrusakan, perampasan wilayah dan bentuk-bentuk kezhaliman yang lain. Mayoritas mereka dalam keadaan lemah dan tidak berdaya. Dan kita yang berada disini juga tidak memiliki kekuatan yang memadai, baik secara fisik maupun materi, yang dapat kita berikan sebagai bantuan kepada mereka selain dari doa yang kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kemenangan dan kesabaran bagi mereka, serta mendoakan kehancuran bagi musuh-musuh mereka.

Inilah realita yang harus bagi diri kita untuk bisa memetik hikmah dari peristiwa tersebut. Al-Imam Ibnul Qoyyim dalam kitabnya, Al-Fawaid, mengatakan, “Bahwa keadaan seorang hamba, selamanya berputar diantara hukum-hukum yang berkaitan dengan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hukum-hukum yang berkaitan dengan turunnya musibah. Sehingga ia butuh, bahkan sangat membutuhkan sekali, kepada pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika ia melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ia sangat membutuhkan sekali kepada kelembutan Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala turun kepadanya sebuah musibah. Sejauh mana kadar seorang hamba tersebut telah menegakkan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka sejauh itu pulalah kadar kelembutan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan ia dapatkan ketika terjadi musibah yang menimpanya.

Wallahu ta’ala a’lam bishshawab.
وصلى الله على محمد وعلى آله والصحابة أجمعين والحمد لله رب العالمين

Sumber: http://www.assalafy.org/mahad/?p=321

13 Maret 2009

Kapitalisme Ribawi Yang Memakan Dirinya Sendiri






Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,
Bismillahirrohmanirrohim, Allahumma Sholi Wassalim Alaih...
Credit Crunch

Ada cerita menarik dari Danah Zohar dalam bukunya yang best seller di seluruh dunia Spiritual Capital, yang sangat relevan dengan krisis financial yang melanda dunia saat ini.

Cerita ini sendiri berasal dari Mythology Yunani kuno tentang seorang tukang kayu yang kaya namun sangat serakah bernama Erisychthon. Saking serakahnya, si tukang kayu bahkan berani menebang pohon kesayangan dewa mereka – dimana rakyat Yunani biasa ‘beribadah’ di sekitar pohon tersebut.

Konon sang ‘dewa’ sangat marah atas ditebangnya pohon tersebut, dan dikutuklah Erisychthon untuk tidak pernah kenyang walau apapun telah dimakannya. Maka mulailah Erisychthon memakan apapun yang dijumpainya, toko dan isinya dimakan sampai habis, setelah itu keluarganya juga dimakan sampai habis – sampai tinggal satu-satunya yang ada di sekitar dia, yaitu dirinya sendiri. Karena rasa lapar yang tidak pernah bisa terkenyangkan – maka akhirnya Erisychthon-pun memakan dirinya sendiri.

Betapapun tidak masuk akalnya cerita tersebut, tetapi nampaknya realita yang tidak jauh berbeda sesungguhnya terjadi di dunia financial ribawi jaman modern, sehingga menimbulkan krisis di seluruh dunia sampai saat ini.

Dua hari lalu saya sarapan pagi dengan kawan lama seorang professional senior di lembaga pembiayaan yang sekarang induknya sudah di caplok oleh konglomerasi asing. Karena beliau sedang dalam taraf untuk berhijrah ke jalan yang lebih baik, beliau menceritakan apa yang bertentangan dengan hatinya yang antara lain terkait dengan krisis financial global dewasa ini. Yang diambil contohnya oleh beliau adalah industri otomotif di Amerika.

Dalam pasar yang normal, semestinya keseimbangan antara supply and demand terjadi dengan sendirinya. Produsen akan memproduksi sejumlah barang yang dibutuhkan konsumen, dan konsumen membeli kebutuhannya pada tingkat harga yang wajar sesuai kemampuan dirinya untuk membeli kebutuhan tersebut.

Apa yang dilakukan oleh lembaga-lembaga ribawi terhadap keseimbangan supply and demand tersebut ?.

Awalnya dia datang ke produsen mobil dan bilang sama si produsen untuk memproduksi mobil lebih banyak. Nggak punya modal ?, gampang tinggal dipinjami (tentu dengan bunga –karena bunga inilah daya tarik mereka). Nggak ada yang beli ?, gampang, nanti lembaga ribawi tersebut juga yang akan menggarap pembelinya.

Maka kemudian si lembaga ribawi datang ke konsumen (dengan berbagai iklannya), untuk mendorong konsumen membeli mobil yang sudah diproduksi produsen tersebut diatas. Konsumen nggak punya duit ?; gampang pula solusinya – tinggal dipinjami lagi oleh mereka – tentu lagi-lagi dengan bunga karena memang bunga inilah inti bisnisnya.

Keenakan mendapatkan bunga dari produsen dan juga konsumen, membuat lembaga ribawi semakin keranjingan ‘menciptakan’ keseimbangan baru pada supply and demand.

Kalau awal-awalnya yang digarap adalah produsen & konsumen yang credible yang memang mampu memproduksi/membeli barang dan mampu pula mengembalikan hutangnya; maka lama- kelamaan ‘pasar’ yang credible tersebut habis – tinggallah produsen abal-abal dan konsumen yang sebenarnya tidak mampu untuk meminjam dan mengembalikan hutangnya.

Apa yang terjadi kemudian ?, lembaga-lembaga ribawi tersebut mulai kesulitan menagih piutangnya ke para nasabahnya; bukan sepenuhnya salah nasabah sebenarnya – tetapi sebagian besar karena ulah lembaga-lembaga ribawi tersebut sendiri.

Setelah diambang kesulitan financial global yang begitu banyak korbannya, apakah attitude lembaga ribawi ini berubah ?, ternyata tidak. Sejauh pendapatan utama mereka dari bunga – maka mereka akan tetap memburu mangsanya untuk ‘dipinjami’ agar mereka tetap mendapatkan sumber bunga-nya.

Buktinya yang sangat up-to-date malam-malam begini (jam 11 malam ketika saya menulis artikel ini), masih juga ada sms sampai ke hand phone saya yang menawarkan kemudahan dana tunai…..

Hari gini ? ada kemudahan dana tunai ?...apa lagi kalau bukan mereka sedang mengincar kita-kita untuk menjadi sumber pendapatan bunga berikutnya. Kalau orang seperti kitapun sudah habis digarapnya, siapa lagi yang digarap ? mungkin mereka akan mulai memakan dirinya sendiri seperti cerita Erisychthon tersebut diatas….Wallahu A’lam.

Ditulis oleh: Muhammad Iqbal (Gerai dinar)

12 Maret 2009

Adab berselisih Suami-Istri

Tidak ada rumah tangga yang sepi dari silang pendapat atau perselisihan.
Dibawah ini ada tips-tips untuk menghindari perselisihan dan menyelesaikan
pertengkaran,

a. Pahami hak dan kewajiban sesuai dengan aturan Allah, tunaikanlah kewajiban dan berikanlah
hak.

b. Jauhilah sebab-sebab pertikaian, dan berusahalah untuk tidak menyudutkan pasangan anda.
c. Selesaikanlah pertikaian dengan segera, sekiranya anda bisa menyelesaikan hari ini, kenapa
harus diundur besok hari?

d. Carilah waktu yang tepat. Mungkin setelah makan atau sore hari ketika duduk di taman atau
malam sebelum tidur dan seterusnya.

e. Mulailah dari yang bersalah, kalau tidak, mulailah dari anda –wahai istri- sekalipun yang salah
adalah suami.

Karena anda adalah wanita shalihah. Sebagaimana yang disabdakan Nabi Shallallahu alaihi wasallam;

Dan istri-istri kalian juga dari penduduk surga, yaitu mereka yang sangat cinta, mudah kembali kepada suaminya, ketika suaminya marah, ia datang meletakkan tangannya diatas tangan suaminya. Lalu ia berkata,”Daku tidak akan dapat tidur, sebelum engkau ridha!”
(HR An Nasaa’I di Sunannya no 9139 di hasankan oleh Syaikh Al Albani diShahihah no 287.)

f. Batasi perselisihan dan jangan sampai meluas hingga ke mana-mana.
g. Gunakan segala fasilitas dalam rangka perdamaian. Bagi anda wahai istri, gunakan
kelembutan dan pikat anda dan jangan lupa air mata…bagi anda
wahai suami gunakan akal
sehat dan pikiran jernih yang telah Allah
anugerahkan kepada anda.
h. Dengan selalu mengingat bahwa dari satu kesalahan pasangan anda atau kekurangannya, ia
masih banyak kebaikan dan masih banyak kelebihan.

i. Pertikaian hanya antara anda berdua. Sehebat apapun pertikaian dan perselisihan, usahakan
tidak diketahui oleh anak-anak bahkan orang luar.


Dinukil dari kitab yang dikarang oleh ustadz Armen Halim Naro rahimahullah,
yang berjudul Buhul Cinta: Upaya Melestarikan Cinta Pasutri Sampai Surga...

BELAJAR DARI PEMULUNG SAMPAH

Pagi buta, ia sudah siap dengan keranjang besar di punggungnya, tongkat penjepit dan magnet bundar di ujungnya. Ia datangi satu demi satu tong sampah di setiap rumah. Ia korek-korek, kadang ia mendapati botol plastik, kadang ia dapati kaleng bekas minuman bersoda, kadang ia dapati kardus dan Koran. Ia mulai memisahkan berdasarkan jenisnya.

Menjelang siang hari keranjang besar itu sudah penuh dengan sampah beraneka jenis. Ia datangi pengepul, ditukarnya sekeranjang sampah itu dengan beberapa lembar uang ribuan setelah sebelumnya ditimbang berdasarkan jenisnya. Pemulung memang mendapatkan uang tidak sebesar yang kita dapatkan, tapi ada pelajaran berharga yang dapat kita ambil.

Pelajaran apa yang bisa kita ambil?

Pertama, Bergegaslah dan jangan Malas!.

Kantuk adalah tanda kehidupan, tapi manakala kantuk itu menjadi alasan utama yang membuat kita berhenti beraktivitas wajib, maka itu adalah tanda "kematian". Kita harus mengalahkan kantuk dan kemalasan setiap hari. Bahkan Rasulullah mengajari kita untuk berlindung dari kelemahan dan kemalasan. Setiap hari pemulung harus berpacu dengan tukang sampah, ketika ia terlambat beberapa saat saja, ia akan kehilangan sampah yang seharusnya bisa pungut. Walau hanya dibalut dengan baju atau kaos lusuh plus celana seadanya, ia harus bergegas sembari bersusah payah membelalakkan kedua matanya untuk mengusir kantuk yang mendera. Ia akhirnya setiap hari berhasil mengalahkan kemalasan, sikap lemah dan berhasil menjemput rizkinya di balik tong-tong sampah. Bagaiman dengan kita?

Kedua, sambut pagi!.

Memulai aktifitas dari pagi hari. Rasulullah pernah besabda:

بورك أمتي في بكورهم, artinya: "Umatku diberkahi pada pagi hari mereka". Seorang muslim setelah menjalankan shalat malam, dan kemudian istirahat sebentar lalu menjalankan shalat subuh di masjid, tibalah saatnya untuk mencari karunia Allah di muka bumi. Kita diwajibkan menyebar di segenap bumi untuk mencari maisyah, mencari sumber-sumber rezeki dari berbagai pintunya. Apapun profesi kita, apakah guru, pedagang, pebisnis, karyawan, pagi hari adalah waktu yang sangat baik untuk memulai aktivitas. Pagi adalah awal hari, saat fajar mulai menunjukkan kemerahannya, disusul mentari, kicauan burung dan kokokan ayam jantan. Udara pagi hari seberapapun kotornya nanti, adalah kondisi paling ideal untuk dihirup seluruh makhluq hidup termasuk kita. Saat itu pula badan kita telah kembali segar dan bergairah, setelah beberapa jam kita terlelap dan kita biarkan sel-sel tubuh kita meregenerasi dirinya. Saat itulah kuncup-kuncup bunga kembali bermekaran, setelah semalaman ia menguncupkan dirinya. Saat itulah bayi-bayi membuka matanya, tersenyum menebarkan kebahagiaan bagi setiap orang yang menatapnya. Saat itulah Malaikat mendoakan keberkahan bagi orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah. Itulah pagi hari. Maka sebaik-baik aktivitas yang baik idealnya kita mulai saat pagi.

Ketiga, bawalah bekal walau itu berat!.

Lihatlah pemulung, keranjangnya melebihi besar tubuhnya, dipikul di punggungnya, iapun membawa tongkat untuk memudahkan memungut sampah. Ia paham benar apa yang akan ia lakukan dengan bekalnya. Keranjangnya sebanding dengan uang yang ia harapkan setelah ia menjual sampah hasil pencariannya. Bahwa kita dengan berbagai profesi kita, membutuhkan bekal untuk mencapai impian dan hasil yang kita harapkan. Semakin kita siap dan sungguh-sungguh mempersiapkannya semakin siap kita menjemput impian dan sukses yang kita harapkan itu. Kadang bekal itu sangat berat, dan itulah mungkin resiko yang harus kita pikul agar hasil yang kita capai maksimal. Dan sebaik-baik bekal sesungguhnya adalah taqwa, apapun impian yang ingin anda capai. Karena taqwa dijadikan Allah sebagai wasilah agar kita ditolong, agar kita memperoleh jalan keluar dari setiap keruwetan yang kita hadapi, agar kita dimudahkan dan agar kita memperoleh rezeki dari pintu yang tidak kita sangka-sangka.

Keempat, kumpulkan sedikit demi sedikit!.

Keranjang tukang sampai begitu besar, sementara sampah-sampah yang ia pungut mungkin hanya satu buah disetiap tong sampah, malah mungkin ia tidak dapatkan satupun darinya. Tapi ia tidak pernah berhenti dan bosan untuk menghentikan kerjanya, memunguti satu demi satu, mengumpulkan sampah-sampah hingga keranjangnya penuh. Anda, saya mungkin memiliki impian dan target pencapaian yang sangat besar. Seakan-akan target itu sulit bahkan mustahil kita penuhi. Tapi yakinlah bahwa jika sedikit demi sedikit kita kumpulkan kemampuan dan hasil-hasil kecil itu hingga akhirnya target kita terpenuhi. Lihatlah bukankah buku-buku ditulis selembar demi selembar. Lihatlah bukankah banjir itu berasal dari kumpulan dari setitik air hujan?

Kelima, klasifikasikan yang Anda temukan!.

Apapun yang kita miliki, kita dapatkan dan kita hasilkan cobalah untuk dikumpulkan sesuai dengan jenisnya. Itu akan memudahkan kita untuk memikirkannya dan managenya. Klasifikasi itu akan memberi kita nilai yang lebih daripada kita satukan. Bukankan ketika seorang pemulung menjual sampahnya berdasarkan jenisnya ia akan memperoleh uang lebih daripada ia memborongkannya?

Keenam, tukarlah apa yang telah anda hasilkan!.

Berapapun hasilnya yang telah anda peroleh, ia tidak akan bernilai apapun jika tidak Anda tukar dengan sesuatu yang anda inginkan. Bukankah Allah telah mewajibkan hambanya untuk beribadah kepadaNya, tapi Dia juga memberikan bagi hambanya surga dengan rahmatNya? Surga adalah nilai tukar yang akan kita dapatkan setelah kewajiban kita jalankan, walaupun ibadah itu sebenarnya sangat tidak sebanding dengan nikmat yang Allah berikan kepada kita. Itulah pelajaran yang dapat kita ambil dari seorang pemulung. Wallahu a'lam.

Ditulis oleh: Aminuddin Imam Muhayi. Email:amienuddin@telkom.net

07 Maret 2009

Asingnya Sunnah

Assalamualaikum Warohmatullahi wabarokatuh
Bismillahirrohmanirrohim, Allahuma Sholi Wassalim Alaih...

Saudaraku seiman, pada senin besok tanggal 9 Maret 2009 banyak diantara saudara kita yang berlomba-lomba menambah pundi-pundi dosa mengatasnamakan Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam 'beribadah' dengan memperingati Hari Lahirnya Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam-Maulid Nabi, Muludan, Sekatenan, Grebeg Mulud atau lain-lain penyebutan.
Berjuta-juta rupiah saudara kita hambur-hamburkan hartanya dengan keyakinan yang keliru ini. Sinyalemen ini telah jauh-jauh telah diperingatkan Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam lewat Aisyah ra " Man Amalan Amilan Laisa Alaihi Amruna Fahuwa Roddun" Barangsiapa melakukan amal perbuatan (ibadah) yang tidak ada contohnya dari kami maka akan tertolak. HR Bukhari-Muslim.
Kalau dikatakan belum datang hujjah bagi mereka pada kenyataannya dalil-dalil (yang dicocokan dengan kemauan mereka) talah banyak disebar, fenomena keterasingan sunnah ini semakin terlihat dengan enggannya kaum muslimin mendalami agamanya. Hati yang keruh, yang tidak lagi menganggap agama sebagai pedoman hidup adalah sebab lain munculnya fenomena ini. Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam sendiri telah menyatakan dalam HR Muslim: "Islam pertama kali muncul sebagai sesuatu yang asing dan akan kembali asing sebagaimana pertama kali ia muncul, maka beruntunglah bagi orang yang asing"
Sebenarnya kalau kaum muslimin mempelajari agama ini ternyata masih sangat banyak Sunnah Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam yang bisa diamalkan, sesungguhnya derajad seseorang muslim diukur dari banyaknya dan besarnya ia mengikuti Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam.
Ayolah saudaraku tinggalkan perbuatan-perbuatan ibadah yang tidak ada contohnya dari Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam, masih banyak amalan-amalan yang bernilai pahala yang mulia disisi Allah Ta'ala mulai bangun tidur hingga tidur lagi sehari semalam. Bukankah Allah Ta'la mengatakan dalam firmannya bahwa agama Islam ini sudah sempurna nggak perlu ditambah-tambahi dan nggak perlu berinovasi dalam agama ini cukuplah sami'nakanSholallahu Alaihi Wassalam wa atto'na aku dengar aku patuhi. Hal inilah yang ditakutkan kawan saya dari Inggris (saudaraku Abdurrahman) ketika belajar Islam di Indonesia. Dia meyakini bahwa kebenaran itu satu tidak berbilang, kebenaran hanya satu sumbernya tidak pula berbilang yaitu dari Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam yang diajarkannya langsung kepada para sahabat yang mulia diteruskan para tab'in dan terakhir tabi'ut tabi'in.
Jika engkau hendak melakukan perbuatan bid'ahmu maka ingatlah kepada siapa engkau bermaksiyat, bukan kepada manusia tetapi malulah pada Allah yang mengetahui apa yang engkau tampakkan dan engkau sembunyikan dalam hatimu. Allahu a'lam

Alhamdulillah,
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

06 Maret 2009

Tausiah: Sholat

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh,
Bismillahirrohmannirrrohim, Allahumma Sholli Wassalim Alaih

saudaraku seiman, ini bukanlah cerita tetapi sebuah ilustrasi bagi orang-orang yang enggan dan - naudzu billah min dzalik- meninggalkan sholat lima waktu. Allahu A'lam

"Ada seorang manusia yang bertemu dengan setan di waktu subuh. Entah bagaimana awalnya, akhirnya mereka berdua sepakat mengikat tali persahabatan. Ketika waktu subuh berakhir dan orang itu tidak mengerjakan shalat, maka setan pun sambil tersenyum bergumam, "Orang
ini memang boleh menjadi sahabatku..!"
Begitu juga ketika waktu Zuhur orang ini tidak mengerjakan shalat, setan tersenyum lebar sambil membatin, " Rupanya inilah bakal teman sejatiku di akhirat nanti..!"

Ketika waktu ashar hampir habis tetapi temannya itu dilihatnya masih juga asik dengan kegiatannya, setan mulai terdiam......

Kemudian ketika datang waktunya magrib, temannya itu ternyata tidak shalat juga, maka setan nampak mulai gelisah, senyumnya sudah berubah menjadi kecut. Dari wajahnya nampak bahwa ia seolah-olah sedang mengingat-ngingat sesuatu.

Dan akhirnya ketika dilihatnya sahabatnya itu tidak juga mengerjakan shalat Isya, maka setan itu sangat panik. Ia rupanya tidak bisa menahan diri lagi, dihampirinya sahabatnya yang manusia itu sambil berkata dengan penuh ketakutan, "Wahai sobat, aku terpaksa memutuskan
persahabatan kita !"

Dengan keheranan manusia ini bertanya, "Kenapa engkau ingkar janji bukankah baru tadi pagi kita berjanji akan menjadi sahabat ?". "Aku takut !", jawab setan dengan suara gemetar. "Nenek moyang ku saja yang dulu hanya sekali membangkang pada perintah-Nya, yaitu ketika menolak
disuruh sujud pada "Adam", telah dilaknat-Nya; apalagi engkau yang hari ini saja kusaksikan telah lima kali membangkang untuk bersujud pada-Nya (Sujud pada Allah). Tidak terbayangkan olehku bagaimana besarnya murka Allah kepadamu !", kata setan sambil beredar pergi...

Dikutip dari:

Nasehat Pernikahan

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Bismillahirohmannirrohim, Allahumma sholli alaihi wassalam alaih...

Saudaraku seiman pagi ini saya menerima undangan pernikahan dari seorang rekan kerja yang akan menikahkan putrinya. Pada saat saya buka halaman pertama formatnya kok ada yang beda ya..judul halaman pertama itu adalah Tausiah, isinya Masya Allah patut dijadikan pelajaran untuk memurnikan dan memperkokoh kembali tali pernikahan, Insya Allah. Kurang lebih tertulis seperti ini:

"Wahai Istri, Suami yang menikahimu tidaklah semulia Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam, Tidaklah setaqwa Ibrahim Alaihi Salam, juga tidaklah setabah Ayub Alaihi Salam, ia hanyalah pria akhir zaman yang punya cita-cita membangun keturunan yang sholeh-sholehah. Pernikahan mengajarkan mengajarkan kita kewajiban bersama. Suami adalah nahkoda kapal, engkau navigatornya, suami menjadi rumah yang mengayomimu, engkau penghuninya. Suami telah mengambil hak mendidikmu dari orang tuamu. Seandainya ia lupa..bersabarlah kamu memperingatinya"

"Wahai Suami, Istri yang kau nikahi tidaklah semulia Khodijah ra, tidaklah setaqwa Aisyah ra juga tidaklah setabah Fatimah ra, ia hanyalah wanita akhir zaman yang punya cita-cita menjadi istri Sholehah yang menyenangkan pandanganmu. Pernikahan mengajarkan kita kewajiban bersama. Istrimu menjadi tanah, kamu penaungnya. Istri ladang taman, kamu pemagarnya. Istrimu bagai anak kecil kamulah tempat bermanjanya. Istrimu adalah tulang rusukmu yang bengkok, berhati-hatilah kamu meluruskannya"

Semoga bermanfaat, Allahu a'lam...

Alhamdulillah
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

05 Maret 2009

Tarbiyah wa Tasfiyah

Assalamualaikum....,
Bismillahirrohmanirrohim, Allahuma Sholli wa Salim alaih...

Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada satu permainan... Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka katalah "Pemadam!"

Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Pemadam!", jika
saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti.

Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. "Murid-murid, begitulah kita umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita dengan berbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu akan terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang aneh, Zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain." "Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, anda sedikit demi sedikit menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan
kemaksiatan. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham bu guru..."

"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan.

"Ibu Guru ada Qur'an, Ibu Guru akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada ditengah tanpa memijak karpet?" Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain.

Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet .
"Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. ..
Musuh-musuh Islam tidak akan menginjak-injak anda dengan terang-terangan.
Karena tentu anda akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sadar.

"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibuat pondasi yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan
dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan. ..."

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan anda. Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran
Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kita... "

"Kenapa mereka tidak berani terang-terang menginjak-injak Ibu Guru?" tanya murid- murid. "Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi." "Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar".

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang...." Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya...

RENUNGILAH SAHABAT SEMUA..

TOLONG SEBARKAN PADA SAUDARA2 ISLAM KITA..SEMOGA ALLAH MEMBERI TAUFIQ DAN HIDAYAH PADA KITA DAN KELUARGA KITA... MARILAH KITA SAMA2 SADAR BAHWA AGAMA, BANGSA DAN TANAH AIR KITA SEMAKIN TERANCAM!

UMAT ISLAM SEMAKIN MUDAH DIBELI DENGAN UANG, DILALAIKAN DENGAN
KEINDAHAN DAN MEMUJA KESERAKAHAN HIDUP, HINGGA HILANG MARTABAT DAN HARGA
DIRI!!

UNTUK ITU, MARILAH, KITA BETULKAN APA YG KITA MAMPU BERSAMA2..JANGAN
HANYA BILA SEGALANYA SUDAH TERJADI, SAMA SEPERTI SAUDARA KITA DI
NEGARA2 LAINNYA, BARU KESADARAN ITU TIMBUL, MUNGKIN MASIH BELUM
TERLAMBAT TAPI KITA MASIH BISA INSYA ALLAH MEMPERBAIKINYA. MULAI DARI
DIRI KITA, KELUARGA KITA, KERABAT, SAHABAT DAN ORANG-ORANG
DISEKELILING KITA

YA ALLAH, SATUKANLAH UMAT ISLAM.. AMIIINN...

Sebagai umat Islam yang bertanggungjawab, tolonglah forwardkan tulisan ini kepada sahabat2 Islam kita yang lain. Semoga yang baik dijadikan teladan dan yang buruk dijadikan peringatan..ALLAHU A'lam!!!!

Alhamdulillah
Wassalam,